Haera ra Aotearoa New Zealand!

Assalamualaikum.

Kurang 12 jam dari sekarang, kami, pelajar Cohort 4 TESLian akan meninggalkan Bumi Aotearoa New Zealand. Dengan itu, saya tinggalkan satu video untuk dikongsi bersama.

 

 

Mungkin terjemahan untuk video ini tidak sesempurna mana. Tetapi inshaAllah, ceramah ini adalah informatif untuk semua.

Haera ra Aotearoa New Zealand!

Saya akan tetap merindui Bumi New Zealand. Akan sangat-sangat rindu!

* Que je crois en toi…

 

Pesona di jiwa

Assalamualaikum.
Entah ini kali keberapa entah saya memberitahu perkara yang sama. Barangkali sudah ketrijilion kalinya. Mungkin barangkali.

 

KEAJAIBAN. Bukan sekadar lexis biasa. Ya, saya suka akan keajaiban! TerSANGAAAAATTlah suka! Magis bukan? Bukan kuasa saya dan bukan juga kuasa kalian. Hanya milikNya semata! Terima kaseh Ya Allah! Hanya buat diri ini jadi makin malu. Waduh! Harapan saya, moga-moga KEAJAIBAN itu bertebaran ke seluruh alam. Agar bisa kita kongsi bersama. Ameen Ya Robb.

 

Sekarang kita masuk kisah lain…

 

KISAH PERTAMA

Semalam merupakan kelas terakhir Sister Rehanna buat saya dan adek-beradek. Alhamdulillah kerana diberi kesempatan untuk hadir kelas terakhir Sister Rehanna. Saya tak pernah bercerita tentang kelas Sister Rehanna di blog ini sebelum ini. Satu pengalaman yang tak akan pernah saya lupa sepanjang saya berada di Bumi Wellington. Saya pernah buat sedikit catatan nota kelas Sister Rehanna di sini dan di sini. Dan kali ini, saya berminat nak kongsi sedikit catatan dari kelas terakhir kami dalam blog ini. Moga bermanfaat buat semua. (mintak maaf sebab agak cincai)

 

1. Sister Rehanna ada berbicara tentang hati. Betapa hati itu sentiasa perlu diisi dengan zikrullah. Hanya dengan mengingati Allah, hati manusia itu hidup. Dan hanya hati yang hidup bisa mengHIDUPkan hati yang mati. Aiwah! Betapa hati itu perlu positif seiring dengan pemikiran kita. Ini apa yang Sister Rehanna cakap,

 

If the positivism goes away, the negativism will take place in your heart

 

Teringat juga pada yang ini,

“The Day whereon neither wealth nor sons will avail, but only he (will prosper) that brings to Allah a sound heart ” (26:88-89)

 

2. Makna kecantikan sebenar. Bukan terletak pada kecantikan fizikal. Usah gusar kalau kamu tidak cantik di mata manusia. Ikut kata Sister Rehanna, cantik pada pandangan Allah itu yang perlu diutamakan. Wahai sisters sekalian, apa definisi cantik sebenar bagi kalian?:)

 

Yang indah itu agama, akhlak dan budi…

 

3. Sister Rehana juga mengagumi bangsa Melayu kita. Pernah belajar beberapa tahun dahulu di Universiti Islam Antarabangsa (UIA) dan mempunyai kelulusan dalam bidang perundangan, beliau bilang orang Melayu kita sinonim sekali dengan adab dan tatatertib. Jadinya, ayuh tunggu apa lagi? Yuk pertahankan adab dan tatatertib kita!

 

4. Masih ingat pada janji kita padaNya Ya Khaliq tika masih di alam roh? Takut sekali saya ingin berhadapan denganNya kelak. Bila fikirkan balik, entah apa sumbangan saya pada agama.

 

Siapa Tuhan kamu?

 

Kata Sister Rehanna,

“Jangan pernah lupa janjimu pada Tuhanmu tika di alam roh.”

 

Dalam diam, daku mengagumimu wahai Sister Rehanna. Ececeh…


KISAH KEDUA

Semalam juga, saya dan adek kedua bongsu saya makan-makan angin di Oriental Bay. Beberapa keajaiban terjadi pada saya dan beliau. Adekku ini kepingin sekali kayuh basikal. Tapi kami tidak cukup fulus. Lalu saya berkata pada si Pak Cik.

 

“Saya tak tahu saya ini cukup duit ke tak. Saya cuba dulu ya”


Aigo! D.E.C.L.I.N.E.D.

 

“Kalau saya gabung cash dengan EFTPOS boleh kan? Tapi tak pasti masih cukup ke tak”


Saya tersenyum kelat. Tapi masih tidak mampu menyembunyikan keexcitedan saya. Itu kelemahan saya. Hanya mengharapkan keajaiban semata-mata tika itu. Saya amat berharap agar permintaan adek saya mahu naik basikal itu dimakbulkan. Terima kaseh Ya Allah!

 

Adekku pemandu basikal beca berhemah.


Perbualan dua beradek.

Saya: Aku sangat suka laut. Sangat suka pantai. Sangat-sangat suka.

Si adek : Iya. Aku tahu.

Saya : Tak kira. Nak ulang juga. Aku sangat suka laut. Sangat suka laut. Sangat suka laut….

Si adek : Takde maknanya kalau tak pandai berenang.
Perlu ke?*wink*


Ini gambar A.J.A.I.B kami


Si adek : Assalamualaikum makhluk di bawah. Kamu bahagia nggak di bawah sana ?

Saya: Wah comel je soalan tu!

Si adek: Haruslah. Makhluk atas Bumi hanya pandai melakukan kerosakan. Kesian pada Bumi yang sudah tua.

* * * * *

Si adek: Na, kenapa laut diassociatekan dengan warna biru?

Saya: Entahlah, aku tak nampak pulak warna laut macam warna biru.

 

Soalan terakhir si adek


“Na, mesti Habiburrahman itu kaya kan di Indonesia sana?”

Entah. Kamu rasa?

 

KISAH KETIGA

Malam tadi, berbual dengan adek yang amatku sayang, A.

“Hari ni tak keluar mana-mana ke?”

“Baru je balik dari rumah kebajikan”

“Wah, besar dah adek kak ena yang sorang ni!”

* * * * *

“Kak ena nak apa?”

“Nak apa apa?”

“Nak bagi hadiah ni ke kak ena. Kak ena nak apa?”


Pipi rasa panas. Tahan sebak.

“Kak ena tak mahu apa-apa. Doakan saja moga perjalanan kak ena selamat deh. Boleh jumpa kamu dan peluk kamu”

“Yang itu memanglah. Haha. Tapi nak bagi jugak hadiah kat kak ena. Kak ena nak tak hadiah buku? “Aku terima nikahnya” glamour kat sini sekarang ni.”


Aduih kamu ini. Buat kakakmu ini terharu dan makin mahu pulang!

KISAH KEEMPAT

TANGGUNGJAWAB.


Saya gerun sekali bila mendengar perkataan ini.

 

Diana, I feel as though Allah ta’alah has chosen you to…

 

Bukankah ini sama ertinya dengan menggalas tanggungjawab?

Kuatkanlah aku Ya Tuhanku Yang Maha Baik.

 

KISAH KELIMA

Bila kamu sakit, saya rasa sakit. Kenapa dengan hati ini ya?

Saya tahu ini sangat lame.

 

Fasbir sabran jameela…

“Those who patiently persevere will truly receive a reward without measure!” (Al-Zumar 39:10)

Doaku moga kamu bahagia. Selalu dan selamanya.

 

Maka dengan keajaiban itu juga, jangan pernah putus dari menitipkan doa buat mereka, saudara-saudara kita di sana.

Moga doa-doa itu menjadi pembela bagi kita di hadapan Allah Azza Wa Jalla kelak.

Filem hitam putih dan warna-warni

Salam buat semua.

* AWAS! Satu lagi entri yang panjang dan skema buat kamu. Mintak maaf ya kamu tapi penting bangat untuk kamu tahu.

Di sini, saya berminat untuk berkongsi satu artikel menarik yang dipetik dari akhbar rasmi Wellington, The Dominion Post.

 

Being Economical with the Truth

Adolf Hitler may have been the most evil man that ever lived – but he wasn’t stupid.

In the years immediately following World War I he devoted a great deal of time to fathoming the reasons for Germany’s defeat. Among the most important contributing factors, he quite rightly identified the clear superiority of Allied (especially British) propaganda.

We still have difficulty, even now, 95 years after the outbreak of the Great War, in separating the historical reality of the Anglo-German conflict, from the almost entirely contrived version of events handed down to us by the propagandists of our own side.

According to Hitler’s stern critique, Germany’s propagandists were far too cerebral, and far too enamoured with the truth.

The British propagandists were better, he said, because they directed their messages at the stupidest – not the smartest – of their people, and because they were willing to tell such shocking lies about their enemies.

While serving a five-year prison sentence for insurrection, Hitler reflected on the essentials of effective propaganda:

“The receptivity of the great masses is very limited, their intelligence is small, but their power of forgetting is enormous. In consequence of these facts, all effective propaganda must be limited to a very few points and must harp on these in slogans until the last member of the public understands what you want him to understand by your slogan.

“As soon as you sacrifice this slogan and try to be many-sided, the effect will piddle away, for the crowd can neither digest nor retain the material offered. In this way the result is weakened and in the end entirely cancelled out.”

Of course, Adolf Hitler wasn’t the only person ruminating on how to produce effective propaganda in the 1920s. Across the Atlantic, in New York City, the founder of the modern “science” of public relations, Edward Bernays, had arrived at very similar conclusions to those of the banged-up leader of the Nazi Party.

But, Bernays had two very big advantages over Hitler. First, he had actually been one of the Allies’ leading propagandists during the war; and second, he was the nephew of the founder of psychotherapy, Sigmund Freud.

It was Uncle Ziggy’s professional lock on Western society’s subconscious motivations that gave his nephew’s propaganda campaigns their special edge.

By contrast, Hitler’s understanding of what made good propaganda was wholly intuitive. In the final analysis, however, it made little difference. Be it the work of Aryan superman, or Jewish huckster, the end product looked very much the same.

Why do we need to know all this? Because the techniques pioneered by Britain’s war propagandists, Hitler’s Nazis, and Bernays’ “science” of public relations haven’t really changed all that much in 80 years.

Politicians and big corporations still disseminate the most shocking falsehoods to capture the attention of their audience/ market.

And the endless reiteration of simplistic slogans, directed at the stupidest – not the smartest – citizens/consumers, remains the surest way to imprint their thoughts upon our brains.

On this, Hitler’s intuitions were spot-on.

“Only constant repetition will finally succeed in imprinting an idea on the memory of a crowd.”

And, when you lie, tell big lies. Because it would never enter the heads of the “broad masses” to “fabricate colossal untruths and they would not believe that others could have the impudence to distort the truth so infamously”.

And, above all, never equivocate.

Absolute certainty, says Hitler, is the “very first condition which has to be fulfilled in every kind of propaganda: a systematically one-sided attitude towards every problem that has to be dealt with. When they see an uncompromising onslaught against an adversary, the people have at all times taken this as proof that right is on the side of the active aggressor; but if the aggressor should go only halfway and fail to push home his success, the people will look upon this as a sign that he is uncertain of the justice of his own cause.”

The legacy of this master propagandist is everywhere around us.

The Big Lie: “Climate change is a hoax”; “Globalisation has lifted millions out of poverty”.

Constant Repetition: “John Key has a secret agenda.”

The Systematically One-Sided Attitude: “ACC is bankrupt. It’s all Labour’s fault. Only massive levy increases and a reduction in entitlements can fix it.”

And you thought Hitler was dead.

 

Sumber: Trotter, C. (2009, October 16). Being economical with the truth. The Dominion Post, p.B4.

 

The Century of the Self

Artikel ini telah mengingatkan saya pada satu siri dokumentari Adam Curtis yang bertajuk The Century of the Self. Sedikit sebanyak artikel ini mempunyai kaitan yang besar dengan dokumentari ini. Kalian boleh menontonnya di sini atau juga dari Youtube.

 

Episod 1

Episod 2

Episod 3

Episod 4

 

Berikut merupakan sedikit ringkasan bagi keempat-empat episod siri dokumentari ini (perhatian: ini lebih kepada tagging).

The_Century_of_the_Self(2)

Cuba klik dan save untuk baca. Nota ini mungkin agak kurang jelas. Boleh email saya kalau betul-betul berminat nak baca.

 

Penting ke untuk menonton dokumentari ini?

Ha’ah. Haruslah penting sekali wahai kawan-kawan. Sepanjang keempat-empat episod ini, dua kali saya terdengar pandangan pak cik Edward Bernays tentang orang awam atau orang kebanyakan seperti kita. Menurut anak beliau, Ann Bernays, kita orang awam ini kurang cerdik atau dengan kata yang lebih ekstrim, BODOH. Aduh, sedihnya bila dilabel bodoh ya. Sebab itu perlu tahu tentang teori psychoanalysis ini agar kita boleh kenal diri dan potensi diri dengan lebih baik. Dan juga agar tidak mudah dimanipulasi.

Atau mahukan jalan yang lebih tepat untuk kenal diri sendiri? Teman sekelas saya yang berlainan agama dengan saya bilang hanya ada satu jawapannya.

M.A.K.R.I.F.A.T.

Terkedu saya mendengar beliau menyebut perkataan makrifat. Pandai sungguh beliau ! Kelihatannya hanya ada satu kunci untuk mengenal diri iaitu Makrifatullah. The gnosis of God.

Saya juga mula mengenali siri dokumentari ini setelah direcommendkan oleh seorang teman saya yang lain. Menurut beliau, dokumentari ini adalah barang yang super duper baik punya (Quel travail magnifique !). Tapi perlu juga diingatkan supaya tidak terlalu menerimanya bulat-bulat kerana dikhuatiri terdapat agenda yang tersembunyi di sebalik penghasilan dokumentari ini. Kadang-kadang dokumentari ini kelihatan seperti ingin memupuk Individualism. Eh tetiba pulak kedengaran seperti seorang yang mengkaji teori konspirasi. Hehe. Apapun tontonlah dengan hati yang terbuka memandangkan ada beberapa bahagian dari dokumentari ini yang mungkin tidak sesuai untuk tontonan umum.

Apa yang lebih penting, dokumentari ini sarat dengan maklumat yang saya sendiri belum pernah tahu sebelum ini. Hanya sekadar mengenali nama Freud dalam kelas EDUC sahaja dan kurang pula mesra dengan teori Psychoanalysisnya sebelum ini. Ternyata teori ini yang mungkin mampu menghasilkan kesan yang baik boleh pula menghasilkan kesan yang amat PYSCHO sedunia apabila disalahgunakan. Maka amatlah disarankan untuk menonton kesemua episod dokumentari ini. Sekiranya anda seorang yang minat akan Sosiologi dan Psikologi seperti saya, anda telah membuat pilihan yang tepat dengan menonton dokumentari ini! Selamat menonton bagi yang masih belum menonton !

 

Wahhabism, Salafism and Salafabism

Atas saranan seorang teman, saya telah membatalkan hajat saya untuk membuat sedikit ulasan tentang Wahhabism, Salafism, dan Salafabism di sini (seperti yang ditulis dalam entri yang lepas). Ada sebab yang kukuh untuk itu. Tambahan pula, saya terpaksa melupakan terus hasrat ini disebabkan oleh satu peristiwa yang pernah berlaku dalam kelas Political Islam saya dulu. Sungguh saya tidak bohong! Saya kurang senang sekali dengan PENGLABELAN! Siapa kita untuk melabel atau menilai iman orang? Hebat sangatkah kita? Ok, kita tutup cerita.

Dan dengan itu, saya sediakan bersama, rujukan untuk artikel tersebut yang berkisarkan Wahhabism, Salafism, dan Salafabism ini. Menurut pensyarah saya, artikel ini sangat bagus untuk mereka yang ingin tahu tentang Wahhabism, Salafism, dan Salafabism. Satu bonus lagi yang boleh kita ambil daripada artikel ini ialah Salafabism. Kurang mesra dengan istilah ini? Kali pertama mendengarnya? Maka bolehlah kalian rujuk artikel itu selepas ini. Huhu.

 

Khaled Abou El Fadl (2003). The ugly modern and the modern ugly: Reclaiming the beautiful in Islam. In Omid Safi (Ed.), Progressive Muslims: On Justice, Gender and Pluralism (pp.33-73). Oxford: Oneworld Publications.

 

Kepada warga Welly, buku ini boleh dipinjam dari VUW Library.

Butiran:

Tingkat 3, Central 3 Day Loan, BP161.3P964 (Call number)

Rebut jangan tak rebut!:)

Sekian.

* Believe in wonders. And will always do.


Taggie bersama si akak

Pertama kali ditag oleh Kak Nur. Tara!

1. Apakah benda yang paling penting dalam hidup kamu?

Saya setuju dengan Kak Nur. Soalan ini sangat tricky. Jawapan mungkin boleh jadi sangat cliché. Boleh simpan jawapannya untuk diri sendiri kan Kak Nur? Huhu.

 

2. Apakah benda akhir yang kamu beli dengan duit sendiri?

Saya sudah lupa apa yang saya beli dengan 20 dollar terakhir saya (duit gaji). Air ombak berperisa coklatkah? Tak mungkin pula habis 20 dollar.

 

3. Di manakah tempat impian perkahwinan kamu?

Biarlah rahsia.

 

4. Berapa lama hubungan kamu berkekalan?

A.P.E.K.A.H?

 

5. Adakah anda sedang di lamun cinta?

Memang tak agak-agak ya soalan ini.

 

6. Di mana restoran akhir kamu makan malam?

St John’s. Menunya ialah Veal fillet, bavois, dan beef fillet. Terima kaseh kepada TESOL Admin kerana meraikan kami!

 

7. Namakan buku terakhir yang kamu beli?

Becoming a person of influence oleh John C. Maxwell.

 

8. Nama penuh anda?

Menurut mi, sebelum saya dilahirkan, ada dua cadangan untuk nama saya.

Kalau saya bayi perempuan, nama yang ingin diberi, NURUL AKMAL.

Kalau saya bayi lelaki, nama yang ingin diberi, MUHAMMAD RAZI.

Tetapi…

 

9. Kamu lebih senang dengan ayah atau emak?

Mereka bilang saya ini anak yang kaya sekali dengan idea tika dibawa bicara. Ada sahaja yang bisa dingomong. Ye sungguh?

 

10. Namakan seorang yang kamu ingin jumpa dalam hidup kamu?

Kalau lebih daripada seorang? Teringin untuk berjumpa beberapa orang sebenarnya. Kalau diberi kesempatan, banyak sekali yang ingin saya katakan pada mereka. Sungguh saya bersyukur atas kehadiran mereka dalam hidup ini.

Tapi ada seorang yang benar-benar saya ingin jumpa sekarang. Saya sangat sayang kamu! Ya kamu! Cinta bangat pada kamu! Sampai bila-bila pun kamu masih budak kecil bagiku.

I love you more than I can say, my dear. And let me assure you. Words wouldn’t be enough to describe that love. No matter how much I try.

 

11. Sebutkan nama 8 sahabat yang rapat dengan kamu?

Alhamdulillah, Allah ketemukan saya dengan sahabat-sahabat yang paling baik pernah saya ada. Terima kaseh Ya Allah!

 

12. Adakah kamu mencuci pakaian sendiri?

Yup, cuci sendiri. Lepas angkat baju dari ampaian baru perasan masih ada kesan sabun dekat baju. Oh tidak!

Hang on. Does the answer make any difference? Hurm, I just wonder if it ever does. haha.


13. Tempat yang paling seronok yang kamu ingin pergi?

Doakan agar dapat juga saya ke SANA ya. Mahu yang amat! Siapa mahu ikut, angkat tangan. Yeah !

 

14. Butirkan 5 perkara tentang orang yang tag kamu.

Dear Kak Nur. Dah lebih setahun saya baca blog Kak Nur. Tapi semua tu tak cukup kan untuk menilai Kak Nur? Tapi ini apa yang saya rasa tentang Kak Nur.:)

1. Puitis bangat. Saya suka gaya penulisan Kak Nur!
2. Intelektual dan berpengetahuan luas. Mahu jadi seperti akak juga. Bolehkan?

3. Family-oriented. Suka bila Kak Nur bercerita tentang keluarga Cikgu Marwan.

4. Comel. Hehe.
5. Teguh. Wah susah nak explain yang ni. Doakan moga saya teguh juga ya. Terima kaseh Kak Nur.

 

15. 8 perkara yang saya gilai?

Kegilaan sekarang (sikit-sikit udah):

1. Membeli barang

2. Mengemas barang (jatuh hukum wajib sekarang ini)
3. Marshalling thoughts

4. ——————————–

 

16. Pelukan atau ciuman?

Argh! Sangat rindu untuk peluk mi dan adik-adik. Juga sangat rindu dengan ciuman abah di dahi. Nak balik dengan segera! Sudah parah dah ni!

 

17. 8 buah buku yang paling baru di baca?

1. Palestin dijajah: Di manakah Solahuddinnya? (Zainur Rashid Zainuddin)

2. Making Malcolm: The Myth and Meaning of Malcolm X (Michael Eric Dyson)

3. Malcolm X For Beginners (Bernard Aquina Doctor)

4. Agenda to Change Our Condition (Hamza Yusuf dan Zaid Shakir)

5. Al-Ghazzali On Marriage

6. Al-Ghazzali On the Treatment of the Harms of the Tongue

7. Al-Ghazzali On Disciplining the Self

8. Al-Ghazzali On Knowing Yourself and God

 

18. 8 lagu yang kamu boleh dengar berulang kali?

Saya mempunyai satu tabiat yang kurang baik iaitu sangat suka melayan lagu-lagu. Setiap kali buat assignment, mesti berulamkan lagu. Lepas 5 minit menaip, reward diri sendiri dengan mendengar lagu selama 15 minit. Wah sangat-sangat tidak produktif rupanya. Berikut merupakan lagu-lagu yang pernah menjadi peneman ketika ketensionan membuat assignment.

 

ALIN 301– Cerita Hati (Hafiz Hamidun)

EDUC 340– Sejuta Arif (Edcoustic)

RELI 252– Ketika Cinta Bertasbih (Melly ft Amie)

ALIN 302– InshaAllah (Maher Zain)

Sekarang ni layan Pencari JalanMu oleh Afgan (sayu sangat lagu ni)


Eh mintak 8 lagu kan tadi? Eheh.
Sekian dahulu Kak Nur.:)